adclickmedia

hits4play

Rabu, 06 Februari 2013

MELEJITKAN POTENSI OTAK

Pra TK dan TK, Serupa Tapi Tak Sama

Dalam rentang usia anak-anak beda usia sebulan pun bisa menyebabkan beda kemampuan yang jauh Fani, letakkan mainanmu sayang. Tangan dilipat di atas meja. Ayo kakinya rapat, kepala tundukkan., kita mau berdo'a,"seorang guru kelompok bermain (play group) mengingatkan salah seorang murid yang masih sibuk dengan kartu-kartu mainan di tangannya. Sementara sebagian besar anak sudah duduk rapi di bangku masing-masing.

"Fani sayang, Bu Guru tidak mulai berdoa kalau kakinya masih keluar dari kursi. Mainannya diletakkan dulu, nanti Allah marah. Lho!" suara bu guru agak meninggi. Tetapi yang diperingatkan hanya menoleh sebentar kepada bu guru untuk kemudian asik kembali dengan mainan barunya. Bahkan kini teman di samping ldri kanannya pun sudah mulai tertarik dengan nudnannya itu. Bu guru pun mendekati Fani dan berkata,"Sudah sekolah, tidak boleh main terus. Sekarang kita mau belaiar, mainannya dibawa Bu guru ya," Si kecil Fani merengut ketika lbu guru memaksa mengambil kartu-kartunya. Sebagai tandaprotes, ia pun menendang-nendangkan kakinya kepada teman sebelah. Melihat itu bu guru menimpali, "Kita tidak bisa mulai belajar kalau kaki Fani belum rapat dan rapi di bawah meia. Tangannya di atas meja, sayang," kata Bu Guru lagi. Akhimya, terlewat hampir lima belas menit hanya untuk menunggu Fani agar bisa duduk rapi untuk mengucap doa.

Peristiwa seperti ini, banyak teriadi di berbagai kelas play group yang kini hampir sama banyaknya dengan taman kanak-kanak di mana-mana.. Meningkatnya minat masyarakat untuk memasukkan putra-putri nya ke sekolah sedini mungkin, ditanggapai dengan antusias para pengelola pendidikan untuk membuka kelas-kelas bermain ini, namun sayangnya kurang diimbangi dengan pengetahuan yang benar tentang dunia pendidikan pra TK tersebut. Akibatnya, banyak guru play group yang menyama ratakan jenjang ini dengan jenjang TK A, dengan hanya mengurangi sedikit beban kurikulumnya. Guru meminta anak untuk bisa duduk rapi seharian di dalam kelas, diberi pertanyaanpertanyaan yang membingungkan, yang belum seharusnya diterima oleh anak-anak usia pra-TK bahkan usia TK sekalipun yang dunia utamanya adalah bermain.

Baca selengkapnya dengan Download e-book nya! Gratis

Senin, 04 Februari 2013

MENDIDIK ANAK DENGAN CINTA

Tiga Tipe Anak
Setiap anak berbeda dan unik. Ada yang sulit, ada pula yang mudah beradaptasi. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Pukul tujuh tepat, bel berbunyi. Beberapa anak termasuk Zaki berteriak, "Horeee!" Zaki-lah anak pertama yang memilih tempat di dekat pintu masuk kelas, tempat anakanak berbaris sebelum masuk kelas.Beberapa anak berjalan mengikuti Zaki dan mengambil tempat dibelakangnya. "Saya yang memimpin Bu Guru!" teriak Zaki sambil mengacungkan telunjuk tanpa diminta, Bu Guru memperbolehkan, dan dengan gembira Zaki maju dan menghadap ke arah teman-temannya. lbunya yang memandang dari kejauhan tertawa geli. Hanya dari kejauhan, karena Zaki memang tak mau ditunggui. "Malu Bu. Kata lbu Guru, anak yang berani sekolah sendiri berarti muiahid. Zaki kan kepingin jadi muiahid. Kata ibu kalau mujahiditu pemberani seperti Satria Baia Hitam." , begitu alasan si Zaki.

"Siaaap grak!" Suara keras Zaki mernimpin barisan, termasuk Azzam. Bocah ini sebentar-sebentar menoleh
mencari ibunya yang berdiri di belakang barisan, takut ditinggal. Mash ada seorang anak yang tak mau ikut berbaris, masih menempel erat pada ibunya. Wajah Fira, anak itu, nampak sangat tegang. Ketika diajak berbaris oleh Bu Guru ia justru sernaldt er-at mendekap ibunya. Terpaksa ibunya turut menyertainya, berdiri dalam barisan. Ketika akhirnya anak-anak masuk kelas dan Bu Guru mulai bicara, ibu Fira terpaksa ikut jadi murid karena anaknya sama sekali tak mau beringsut darinya. lbu Azzam cukup menunggu di War kelas dekat jendela sehingga masih bisa terlihat kerudungnya oleh Azzam. Pernah sekali waktu ia mencoba pindah tempat. Begitu kerudung hilang dari pandangan Azzam, bocah itu langsung lari keluar mencarinya. Akhirnya ibupun kembali duduk dekat jendela.

Lain lagi dengan ibu Zaki. Sejak dari rumah Zaki sudah wantiwanti, "pokoknya ibu tidak usah nunggu Zaki."Ketika ibunya mencoba mengintip dari jendela dan kebetulan terlihat oleh Zaki, si calon mujahid ini langsung keluar kelas marah pada ibunya.

Perilaku Zaki, Azzam, dan Fira sudah cukup mewakili gambaran karakter anak pada umumnya. Zaki menjadi model anak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan suka mencoba sesuatu yang baru. Anak-anak seperti ini biasanya diistilahkan sebagai anak yang "mudah". Azzam tidak seberani Zaki. Untuk beradaptasi dengan lingkungan pun tidak segampang temannya itu. Model yang seperti ini disebut anak yang "perlu waktu pemanasan". Sebaliknya yang masih sangat takut seperti Fira diistilahkan anak yang "sulit".

Selengkapnya Silahkan Download ( pdf ) Gratis